Gempa Guncang China, 400 Orang Tewas

Gempa bumi mengguncang Provinsi Qinghai, China, Rabu (14/4), mengakibatkan sekitar 400 orang meninggal dunia dan sekitar 10.000 rumah penduduk hancur.

BEIJING (Suara Karya): Serangkaian gempa berkekuatan tinggi terjadi di wilayah Tibet, sebelah barat China, menewaskan sedikitnya 400 orang serta mencederai ribuan orang lainnya, Rabu. Sejumlah rumah tidak hanya roboh, tetapi juga tertimpa pohon dan tertutup lumpur yang mengakibatkan banyak warga terperangkap di dalamnya.

Polisi paramiliter berusaha keras menyelamatkan warga dengan menggunakan sekop seadanya di atas reruntuhan rumah di Provinsi Qinghai di mana hampir semua rumah rata dengan tanah, seperti yang disiarkan melalui televisi nasional.

Pejabat setempat juga mengatakan, alat berat tidak mungkin didatangkan ke wilayah ini karena semua jalan dan bandara terdekat mengalami kerusakan yang amat parah. Regu penolong dan peralatan yang didatangkan juga mengalami kesulitan untuk mencapai area tersebut.

"Putusnya jaringan telepon, kencangnya angin, dan gempa susulan yang terus terjadi juga menghambat proses penyelamatan," kata Wu Yong, salah seorang pejabat militer setempat.

Regu penolong berusaha keras melancarkan air waduk karena gempa telah membuat retakan di beberapa tempat demi menghindarkan wilayah bencana ini dari banjir.

Tim Survei Geologi Amerika (USGS) menyebutkan, gempa berkekuatan 6,9 skala richter (SR) terjadi pada Rabu pagi di selatan Provinsi Qinghai, tak jauh dari Tibet. Pusat gempa itu berada di wilayah Yushu dengan populasi penduduk 100.000 jiwa. Sebagian besar penduduk adalah petani dan penggembala.

USGS juga mencatat terjadi enam kali gempa susulan dalam tiga jam berikutnya dan semuanya di atas 5,0 SR. Pusat Jaringan Gempa China mencatat gempa terdahsyat di wilayah tersebut mencapai 7,1 SR.

"Gempa dahsyat ini memaksa warga segera keluar rumah dan menyaksikan sendiri proses rumah runtuh dan rata dengan tanah hingga tertutup lumpur dan tertimpa pepohonan," kata Karsum Nyima, Deputi Kepala Stasiun Televisi di Yushu, yang berbicara melalui telepon dengan CCTV.

"Dalam sekejap, rumah-rumah roboh. Ini gempa luar biasa. Di taman kota terdapat pagoda Buddha dan kini kepala sang Buddha sudah jatuh dan hancur lebur. Warga berhamburan ke jalan dan berdiri di depan rumah mereka. Mereka juga berusaha menemukan sanak keluarga mereka," katanya.

Jumlah korban tewas mencapai 400 orang pada Rabu sore, demikian diumumkan CCTV. Petugas medis Pubucairen mengatakan, korban yang terluka juga terus bertambah dan kini jumlahnya mencapai lebih dari 10.000 orang.

Menurut data yang ada, wilayah ini memang sering diguncang gempa dalam dua tahun terakhir setelah gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang Provinsi Sichuan dan mengakibatkan hampir 90.000 orang tewas dan hilang.

Kali ini gempa yang terjadi amat dahsyat dan meratakan rumah, sekolah, dan bangunan lainnya serta menewaskan ribuan anak-anak yang sedang belajar. Rapuhnya desain bangunan dan kurang kukuhnya konstruksi serta kurangnya pengetahuan tentang membangun gedung yang aman dari gempa membuat bencana kali ini meminta korban sangat banyak.

Jiegu, kota yang terletak 30 kilometer dari pusat gempa, juga menjadi salah satu kota yang terparah terkena dampak gempa. Petugas pemadam kebakaran setempat berusaha menyelamatkan 29 pelajar yang terperangkap di bangunan sekolah. Ini berdasarkan pernyataan Kang Zifu, ketua regu penolong, kepada stasiun televisi nasional. Mereka juga berusaha menarik keluar 40 hingga 50 orang yang terperangkap di dalam bangunan empat lantai tersebut. Namun, tidak disebutkan sekolah apa yang roboh tersebut.

Lebih dari 85 persen rumah roboh di Jiegu, beberapa gedung dengan retakan besar di dindingnya masih mampu berdiri tegak. Ini berdasarkan laporan kantor berita Xinhua, kantor berita resmi China. "Jalan-jalan di Jiegu dipenuhi dengan warga yang panik dan terluka. Mereka tidak tahu harus ke mana lagi dalam keadaan seperti ini," kata Zhuohuaxia, salah seorang pejabat setempat.

Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=250907