31 Juli 2010

Foto Terbaru Shinta Dan Jojo "Keong Racun"




















Karena banyak yang bingung. Klo foto yang berdua Sinta yang kanan Jojo yang kiri.

Sumber : kaskus

Read more...

Fakta Penyebab Mengapa Orang Minang Suka Merantau





Orang Minang memang ada di mana-mana di berbagai pelosok Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Mereka terkenal karena memiliki budaya merantau. Suatu budaya yang hanya dimiliki oleh suku bangsa tertentu saja di Indonesia. Selain suku bangsa Minangkabau, etnis yang juga mempunyai budaya merantau adalah Bugis, Banjar, Batak, sebagian orang Pantai Utara Jawa dan Madura.




Budaya merantau orang Minangkabau sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam. Para pengelana awal bangsa Eropa yang mengunjungi Asia Tenggara mencatat bahwa orang Minangkabau sudah merantau ke Semenanjung Melayu jauh sebelum orang-orang kulit putih datang ke sana. Bahkan, sebuah laporan pertengahan Abad ke-19 yang tersimpan dalam arsip di Perpustakaan Leiden, Negeri Belanda, menyebutkan tentang “The Minangkabau State in Malay Peninsula” (Negara Minangkabau di Semenanjung Malaya). Negeri itulah yang kemudian kita kenal sebagai Negeri Sembilan, salah satu Kerajaan yang mendirikan Negara Federasi Malaysia. Jadi, mereka sudah mendirikan sebuah negara di Semenanjung Malaya sebelum berdiri di barisan terdepan dalam mendirikan Negara Republik Indonesia.


Tradisi merantau orang Minang terbangun dari budaya yang dinamis, egaliter, mandiri dan berjiwa merdeka. Ditambah kemampuan bersilat lidah (berkomunikasi) sebagai salah satu ciri khas mereka yang membuatnya mudah beradaptasi dengan suku bangsa mana saja. Banyak hasil studi para sarjana asing maupun ilmuwan nasional menunjukkan bahwa budaya merantau orang Minang sudah muncul dan berkembang sejak berabad-abad silam. Budaya yang unik ini sering dikaitkan dengan pantun yang berbunyi:


Karatau madang di hulu
Babuah babungo balun
Marantau Bujang dahulu
Di kampuang baguno balun


(Keratau madang di hulu
Berbuah berbunga belum
Merantau Bujang dahulu
Di kampung berguna belum)


Da
lam konsep budaya Alam Minangkabau dikenal wilayah inti (darek) dan rantau (daerah luar). Rantau secara tradisional adalah wilayah ekspansi, daerah perluasan atau daerah taklukan. Namun perkembangannya belakangan, konsep rantau dilihat sebagai sesuatu yang menjanjikan harapan untuk masa depan dan kehidupan yang lebih baik dikaitkan dengan konteks sosial ekonomi dan bukan dalam konteks politik. Berdasarkan konsep tersebut, merantau adalah untuk pengembangan diri dan mencapai kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Dengan demikian, tujuan merantau sering dikaitkan dengan tiga hal: mencari harta (berdagang/menjadi saudagar), mencari ilmu (belajar), atau mencari pangkat (pekerjaan/jabatan) (Navis, 1999)


Sebagai sebuah pola migrasi (perpindahan penduduk) secara sukarela, atas kemauan sendiri, maka merantau orang Minang berbeda dengan, katakanlah, merantau orang Jawa yang melalui proses transmigrasi –diprogramkan dan dibiayai pemerintah. Orang Minang merantau dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Mereka melihat proses ini semacam penjelajahan, proses hijrah, untuk membangun kehidupan yang lebih baik (lihat Mochtar Naim, 1984).


Dalam alam pikiran orang Minangkabau –analog dengan dunia agraris– kampung halaman atau tanah kelahiran ibaratnya persemaian yang berfungsi untuk menumbuhkan bibit. Setelah bibit tumbuh, mereka harus keluar dari persemaian ke lahan yang lebih luas agar menjadi pohon yang besar kemudian berbuah. Proses seperti inilah yang dialami dan kemudian terlihat pada tokoh-tokoh asal Minang yang berkiprah di “dunia” yang jauh lebih luas seperti Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Muhammad Yamin, Hamka, Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, atau generasi yang lebih belakangan –lahir, tumbuh, mengalami masa kecil dan remaja di kampung, lalu pergi merantau dan “menjadi orang”.


Selalu Membaur, tak Pernah Konflik

Ke mana pun mereka merantau, di mana pun mereka berada, orang Minang memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan lingkungannya. Ini sesuai dengan ungkapan yang merupakan pedoman hidup mereka: di mana bumi di pijak, di situ langit dijunjung. Atau, di kandang kambing mengembek, di kandang kerbau mengo’ek.


Sepanjang sejarahnya, orang Minang di perantauan tidak pernah terlibat konflik dengan masyarakat di manapun mereka berada. Ini karena budaya dan perilaku hidup mereka yang yang terbuka, tidak eksklusif, dan hidup membaur dengan masyarakat setempat. Di mana pun rantaunya, orang Minang tidak pernah membuat “kampung”. Tidak ditemukan ada Kampung Minang di kota-kota di mana perantau Minang jumlahnya cukup banyak. Sebaliknya, di kampung halamannya sendiri mereka memberikan “kampung” kepada para pendatang, termasuk kepada orang Cina. Di Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh ada Kampung Cino (Cina), di Padang dan Solok ada Kampung Jao (Jawa), atau Kampung Keling di Padang dan Pariaman.


Karena daya adaptasi, kemampuan menyesuaikan diri, yang tinggi itu, mereka pun diterima oleh masyarakat di mana mereka berada. Mereka diterima menjadi pemimpin formal maupun informal di rantaunya masing-masing. Sebutlah, misalnya, Mr. Datuk Djamin yang menjadi Gubernur Jawa Barat yang kedua (1946); Gubernur Maluku yang kedua dan ketiga, yakni Muhammad Djosan (1955-1960), dan Muhammad Padang (1960-1965); Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama, Datuk Madjo Basa Nan Kuniang (1964-1968); Residen/Gubernur Sumatera Selatan yang pertama dr. Adnan Kapau Gani; atau Djamin Dt. Bagindo yang menjadi gubernur pertama Provinsi Jambi (1956-1957).


Budaya merantaulah yang menyebabkan orang Minang tersebar dan mempunyai peranan di mana-mana, di berbagai kota dan pelosok di Indonesia dan di mancanegara. Kota manapun di Indonesia yang pernah saya kunjungi, semasa menjadi Bupati Solok dan setelah menjadi Gubernur Sumatera Barat, saya selalu bertemu dengan orang Minang. Tak kecuali mereka juga ada dalam jumlah cukup banyak di daerah remote seperti Irian Jaya (kini Papua), Nusatenggara, dan Timor Timur. Bahkan, dari berbagai cerita kita tahu, jauh sebelum Timor Timur berintegrasi dengan Republik Indonesia, yakni ketika Timor Timor masih merupakan bagian negara Portugal, orang Minang sudah membuka dan mengusahakan rumah makan di sana.


Meskipun belum ada angka statistik yang pasti, ditaksir jumlah orang (keturunan) Minang di perantauan lebih banyak ketimbang yang tinggal di Sumatera Barat, atau kira-kira 8 – 10 juta jiwa. Konon, di wilayah Jabotabek saja, dari setiap 10 orang yang kita temui, seorang di antaranya adalah orang Minang. Saya pernah diberi tahu tentang hasil survei sebuah lembaga pendidikan agama Islam di Jakarta yang menyebutkan bahwa sekitar 50 persen masjid di Jabotabek pengurusnya adalah orang Minang.


Diperkirakan 40 persen penduduk Provinsi Riau adalah perantau atau keturunan Minang atau orang yang berasal dari Sumatera Barat. Sebanyak 60 persen dari total penduduk Negeri Sembilan (Malaysia) mengaku berasal dari Minangkabau dan hingga kini tanpa ragu tetap menyatakan diri menganut “Adat Perpatih” atau adat Minangkabau (lihat Samad Idris, Payung Terkembang).


Hampir di semua provinsi di Sumatera dapat ditemukan orang Minang dalam jumlah yang banyak. Mereka juga hidup dan membaur dengan masyarakat di kota-kota bahkan pelosok di semua pulau besar di Indonesia –Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Nusatenggara dan sebagainya. Dalam jumlah yang cukup banyak pula merantau sangat jauh hingga ke luar negeri, menyebar ke lima benua. Bahkan, kalaupun di Bulan ada kehidupan manusia, orang Minang mungkin saja sudah ada pula di sana.


Selaras dengan tujuan merantau –mencari harta, ilmu atau pangkat– dalam rangka mengembangkan diri dan mencari kehidupan yang lebih baik, maka orang Minang di perantauan berbagai profesi dan lapangan kehidupan. Kebanyakan memang menjadi pedagang, saudagar atau pengusaha. Namun banyak pula yang menjadi ilmuwan, mubaligh serta orang berpangkat sebagai pejabat pemerintah atau kaum professional (dokter, dosen, eksekutif BUMN atau perusahaan swasta, wartawan, sastrawan, dan lain-lain).



Read more...

Terkuak, Misteri Penampakan Wajah di Mars


Foto terbaru hasil bidikan HiRISE

Sebuah foto Planet Mars yang diambil satelit Viking 1 milik Amerika Serikat pada 25 Juli 1976, memicu ribuan teori konspirasi.


Foto itu mengejutkan, karena menampakkan sebuah tonjolan mirip wajah manusia di permukaan planet merah -- lengkap dengan bentuk mata, hidung, dan mulut.


Pasca penemuan itu, spekulasi berkembang. Banyak yang menganggap struktur wajah manusia itu adalah buatan mahluk cerdas penghuni Mars di masa lalu -- bukti keberadaan 'alien Mars'.





Padahal, Badan Antariksa AS, NASA telah menjelaskan fenomena tersebut, pada 31 Juli 1976.


Dijelaskan NASA dalam rilisnya, 'wajah Mars' itu adalah mesa -- formasi batu curam dengan puncak yang relatif rata.


Mesa 'Wajah Mars' berada di wilayah Cydonia. "Ini adalah salah satu foto yang diambil di lintang utara Mars oleh Viking."


"Gambar ini menunjukkan mesa yang tererosi yang bentuknya menyerupai kepala manusia -- menunjukkan ilusi seperti mata, hidung dan mulut," demikian isi rilis NASA ke media saat itu.


Dijelaskan Mars, foto tersebut diambil pada 25 Juli 1976 dalam kisaran jarak 1.873 kilometer.


Namun, penjelasan itu tak mempan. Para penganut teori konspirasi berkeras, 'wajah' itu adalah artefak peradaban manusia kuno di Planet Mars.


Mereka bahkan menuduh NASA sengaja menutup-nutupi adanya kehidupan lain di luar Bumi.


Bahkan -- ketika satelit NASA kembali mengambil foto obyek yang sama pada 1990-an dan 2001 -- yang menunjukkan bahwa 'wajah itu hanya sebuah bukit terjal.


Foto terbaru yang dirilis Jumat 30 Juli 2010, makin memperkuat bantahan spekulasi tersebut.


Foto hasil bidikan kamera canggih milik Badan Antariksa AS, NASA, HiRISE menunjukkan wajah manusia di Mars adalah bukit batu besar di tengah gurun pasir.


Gambar yang dihasilkan HiRISE adalah foto terdekat dari obyek fenomenal itu. HiRISE mengambil gambar tersebut dari satelit Reconnaissance yang mengorbit 300 kilometer di atas Mars -- jauh lebih dekat dari posisi tahun 1976, 1.873 kilometer.


Sumber : vivanews

Read more...

Hal-hal Yang Menarik Dari Pesut Mahakam

Yang Menarik Dari Pesut Mahakam - Era 1970an mungkin zaman terindah bagi warga Bulungan, Kalimantan Timur, karena saat itu mereka masih kerap menyaksikan Pesut Mahakam yang disebut mereka "Ikan Lumut" dan kini dikategorikan satwa langka itu berenang bergerombol di tengah Sungai Kayan.

http://img.antaranews.com/stockphotos/ilustrasi/20100422131846-pesut01.jpg
Pesut Mahakam


Mamalia sungai itu muncul dalam formasi unik sambil menyemburkan air dari belakang kepalanya.

Di era yang sama, warga Samarinda juga acap melihat kawanan satwa pemalu itu di tengah Sungai Mahakam, khususnya pagi atau sore mendekati waktu salat magrib.

Warga yang hendak berwudhu untuk salat Magrib di Masjid Tua (kini Masjid Raya Darussalam) di tepi Mahakam (kini Jalan Gajah Mada) sering melihat tiga atau lima ekor Pesut Mahakam bercanda sambil menyemburkan air dari puggungnya.

Mamalia bernama Latin Orcaella brevirostris itu berenang dalam formasi menarik, biasanya terdiri dari tiga atau lima ekor.

Kala itu, air Sungai Mahakam sangat jernih karena tak ada pencemaran, sedangkan hutan-hutan di pedalaman belum dibabat habis-habisan seperti tahun-tahun belakangan ini.

Puluhan tahun kemudian, Sungai Mahakam berubah bagai kanal raksasa untuk mengalirkan limbah dari puluhan perusahaan kayu, lem, dan batu bara sehingga air sungai pun berubah coklat kehitaman.

Lain hal, kawasan Sungai Mahakam yang tadinya hening berubah sangat bising oleh deru mesin kapal berbahan bakar bensin dan solar, sementara oli membuat air sungai kian parah tercemar.

Perubahan ekosistem ini mempengaruhi Pesut Mahakam yang akhirnya makin masuk ke pedalaman Mahakam yang kini wilayah Kutai Kartanegara, untuk mencari tempat hidup lebih tenang.

Namun kehidupan pesut-pesut kian terdesak oleh terus menurunnya kualitas alam pedalaman Mahakam, diantaranya oleh banjir beruntun, termasuk pertengahan April ini.

Padahal dulu, banjir hanya terjadi setiap 5-10 tahun sekali, tetapi kini setiap tahun, bahkan berkali-kali dalam setahun.

Selama 2009 banjir besar tiga kali melanda kawasan pedalaman yang membuktikan sungai mengalami pendangkalan dan erosi yang demikian dahsyat, akibat lahan gundul di pedalaman pulau Kalimantan itu.

Kehidupan Pesut Mahakam pun menjadi sangat terancam karena habitatnya terus-terusan didesak oleh alam yang mengalami degradasi akibat ulah manusia. Tidak itu saja, sumber makanan satwa langka yang seharusnya menjadi kekayaan nasional itu kian menipis.


Keliru

Pesut Mahakam mungkin akan segera punah dan kenyarispunahannya mirip musnahnya Harimau Tasmania (Thylacine cynophalus) di Pulau Tasmaniam, Australia.

Harimau Tasmania hilang dari dataran Australia karena berubahnya ekosistem alam setelah kehadiran imigran yang masif di benua itu.

Menurut para ahli, kira-kira 3.300 tahun silam, karnivora berkantong (marsupial) hidup di Australia dan Papua Nugini. Kemudian, sekitar 2.200 tahun lalu, harimau yang tubuhnya mirip anjing itu hilang dari kedua daratan itu, kecuali Kepulauan Van Diemen alias Tasmania.

Pada 1880an, para imigran yang sebagian menjadi petani itu memburu binatang itu karena dianggap hama terhadap ternak mereka.

Dalam tujuh dekade, hewan itu hilang dari peredaran dan terakhir dikabarkan mati pada 1936. Sejak itu orang tidak pernah lagi melihat satwa unik tersebut.

Kini, nasib serupa mungkin akan segera menimpa Pesut Mahakam, ribuan kilometer dari Pulau Tasmania.

Jika itu terjadi, maka kedua satwa angka itu punah karena sama-sama tersingkir oleh kian padatnya pemukiman manusia.

Dengan karunia besarnya yang diberikan Tuhan berupa akal dan pikiran, manusia memang justru kerap menjadi perusak alam paling hebat, antara lain menangkap ikan dengan racun yang malah mencemari para penghuni sungai, termasuk Pesut Mahakam.

Berdasarkan kajian ahli, ada anggapan keliru bahwa tiga danau besar di pedalaman Kalimantan Timur adalah habiat Pesut Mahakam. Keliru, karena tiga danau besar itu --Danau Malintang (11.000 Ha), Danau Semayang (13.000 Ha) dan Danau Jempang (15.000 Ha)-- terlalu dangkal bagi Pesut Mahakam.

Bahkan, di musim kemarau danau-danau itu berubah menjadi rawa, padahal Pesut Mahakam dewasa yang berbobot 1-1,5 kuintal pun hanya bisa hidup di perairan berkedalaman 9-12 meter.

Lain dari itu, mamalia ini rakus mengonsumsi makanan, khususnya udang dan ikan, padahal rawa tak mungkin menyediakannya.

Daniella Kreb, peneliti Belanda, memperkirakan populasi mamalia menyerupai lumba-lumba itu itu berjumlah 50 ekor. Asumsi itu didasarkan pada pola kemunculan pesut.

Kreb meyakini Sungai Kedang Pahu justru menjadi zona paling disukai Pesut Mahakam karena kedalamannya sesuai, lalu-lintas sungai tidak begitu ramai, tingkat pencemaran rendah, dan pasokan makanan agak melimpah.


Ironi

Tapi ada kabar menggembirakan. Belum lama ini, dua penemuan membuktikan Pesut Mahakam tidak hanya hidup di Sungai Mahakam, Sungai Irawady dan Sungai Mekong, namun juga pesisir Balikpapan dan Sungai Sesayap di Kalimantan Timur.

Tim survei dari Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur, dua tahun lalu menemukan pesut di Sungai Sesayap, Kabupaten Tanah Tidung, untuk pertama kalinya.

Kepala Balai TNKM, IGNN Sutedja yang memimpin survei mengaku timnya berhasil merekam tujuh ekor pesut dalam bentuk foto dan video pada 10-12 Januari 2008.

Pada Agustus 2007, mereka melihat sekitar 11 ekor Pesut Mahakam muncul.

Rekaman pertama dibuat pukul 10.11 WITA. Saat itu, di hulu sungai, Pesut Mahakam muda muncul ke permukaan dengan dua kali melakukan loncatan kecil sehingga bagian punggung dan sirip atasnya terekam kamera.

Sore harinya, pukul 16.00 WITA, enam pesut lainnya terekam di hilir sungai.

Keberadaan pesut di Sungai Sesayap sebenarnya telah lama diketahui penduduk setempat yang menyebutnya "Lamud" yang artinya lumba-lumba dalam bahasa Suku Tidung.

Tak hanya mengetahui, pesut sudah lama melegenda di masyarakat Tidung. Haji Mustofa, tokoh masyarakat Tidung di Kecamatan Sesayap, bercerita, Lamud adalah manusia yang menjadi "ikan".

Selain Sungai Sesayap, Pesut juga dipergoki beberapa peneliti satwa liar di pesisir Balikpapan.

Mengutip Yayasan Konservasi RASI tahun 20005, penemuan ini mengejutkan karena pesut diyakini hanya hidup di air tawar, bukan air payau atau laut.

Para peneliti yakin itu bukan lumba-lumba karena moncongnya pendek, tidak panjang seperti lumba-lumba.

Seperti halnya warga sekitar Sungai Sesayap, masyarakat Sungai Mahakam juga percaya bahwa pesut berasal dari manusia dan tak boleh ditangkap, apalagi dimakan.

Namun, mitos itu tidak mampu melindungi pestu, karena harus bersaing keras dengan manusia yang semakin rakus mengekploitasi alam.

Pada 2002, IUCN (International Union for Conservation of Nature) memberi status Critically Endangared (terancam punah) pada Pesut Mahakam, sementara CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) menempatkannya di "Appendix 1" atau tidak boleh diperdagangkan.

Faktanya, Pesut Mahakam tetap diburu untuk dibisniskan, diantaranya guna memenuhi permintaan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.

Sebagian manusia agaknya berpikir terlalu ekonomis dan gampangan, padahal adalah amat penting mempertahankan pesut ada di habitatnya aslinya.

Ironisnya, Pemprov Kalimantan Timur, Pemkot Samarinda dan Pemkab Kutai Kartanegara malah seolah berlomba membangun tugu dan patung pesut bernilai sampai miliaran rupiah, namun dalam beberapa tahun ini tidak ada dana yang dialokasikan untuk menyelamatkan dan melestarikan Pesut Mahakam.





Read more...

10 Masjid Tertua Di Indonesia

Berikut ini adalah 10 masjid tertua di indonesia, semua masjid-masjid ini dibangun di tanah air kita indonesia. Beberapa masjid berikut berumur mulai dari sekitar 700-400 tahun.



1. Masjid saka tunggal (1288)


Masjid Saka tunggal terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon dibangun pada tahun 1288 sebagaimana terukir di Guru Saka (Pilar Utama) masjid. Tapi dalam membuat masjid ini lebih jelas ditulis dalam buku-buku kiri oleh para pendiri masjid ini adalah Kyai Mustolih. Tapi buku-buku ini telah hilang bertahun-tahun yang lalu. Setiap tanggal 27 rajab diadakan ziarah di masjid dan membersihkan makam Kyai Jaro Mustolih. Masjid ini terletak ± 30 km dari kota purwokerto. Disebut saka tunggal untuk membangun tiang yang digunakan untuk membentuk hanya satu tiang (tunggal). Yang menurut bp. Sopani salah satu pengurus masjid adalah bahwa pilar tunggal melambangkan bahwa ALLAH adalah hanya satu ALLAH swt. Di beberapa tempat terdapat hutan pinus dan hutan lainnya dihuni oleh ratusan monyet jinak dan ramah, seperti di Sangeh Bali.




2. Masjid Wapauwe (1414)
Masjid ini masih terawat dengan baik.
Kebanyakan bangunan aslinya juga disimpan beberapa benda warisan seperti drum, tulisan tangan s Alquran ', sifat skala batu yang beratnya 2,5 kg, dan logam hiasan dan membaca huruf arab di dinding. Masjid juga masih berfungsi sebagai tempat doa sekitar penduduk.
Jika drum atau beduk dipukuli, maka suaranya akan terdengar sampai seluruh desa, mengundang orang untuk datang ke masjid untuk jemaat.


kitab suci Alquran tulisan tangan di masjid ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta. Beberapa tambahan baru adalah tempat wudlu, karpet, kipas dan listrik untuk pencahayaan.




3. Masjid ampel (1421)


Masjid Ampel adalah sebuah masjid kuno yang berada di bagian utara Kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel, dan didekatnya terdapat kompleks makam Sunan Ampel.
Saat ini Masjid Ampel merupakan salah satu daerah tujuan wisata religi di surabaya. Masjid ini dikelilingi oleh bangunan berarsitektur tiongkok dan arab.
Disamping kiri halaman Masjid Ampel, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininnya untuk penguat janji atau sumpah.




4. Masjid agung demak (1474)
Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa kauman, demak, jawa tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di tanah Jawa khususnya dan INdonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 masehi.


Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut Saka Guru. Tiang ini konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai 'saka tatal' bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut saka majapahit.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.




5. Masjid sultan suriansyah (1526)


Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Tuan Guru (1526-1550), Raja Banjar yang pertama masuk islam.
Masjid ini terletak di utara Kecamatan Kesehatan, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, daerah yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan ibukota Kesultanan Banjar untuk pertama kalinya.
Arsitektur tahap konstruksi dan atap tumpang tindih, merupakan masjid bergaya tradisional banjar. Gaya masjid tradisional di banjar mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan utama. Masjid ini dibangun di tepi sungai di Kecamatan Kesehatan.




6. Masijd Menara Kudus (1549)


Mesjid Menara Kudus (disebut juga sebagai Mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar) adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 masehi atau tahun 956 hijriah dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama dan terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.




7. Masjid Agung Banten (1552-1570)
Masjid Agung Banten termasuk masjid tua yang penuh nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di pulau Jawa.
Masjid Agung Banten terletak di kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda china. Ini adalah karya arsitektur china yang bernama Tjek Nan Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.


Di masjid ini juga terdapat komplek makam sultan-sultan banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.
Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti masjid agung. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur belanda kuno. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat, dan kajian Islami dilakukan di sini.
Menara yang menjadi ciri khas sebuah masjid juga dimiliki Masjid Agung Banten. Terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Dari atas menara ini, pengunjung dapat melihat pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai, karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km.
Dahulu, selain digunakan sebagai tempang mengumandangkan azan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.




8. Masjid Mantingan (1559)


Masjid Mantingan adalah masjid kuno di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masjid ini dilaporkan didirikan di Kesultanan Demak pada tahun 1559. Didirikan oleh ubin lantai tinggi ditutup dengan cina buatan sendiri, dan juga kereta api-undakannya. Semua didatangkan dari Makao. Bubungan atap bangunan gaya termasuk china. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan pendeta itu dihiasi dengan relief persegi bergambar margasatwa, dan penari penari diukir di batu kuning tua. Pengawasan pekerjaan konstruksi masjid ini tak lain adalah Babah Liem Mo Han. Di dalam kompleks masjid terdapat makam Sultan Hadlirin, suami dari Kanjeng Ratu Kalinyamat dan adik ipar Sultan Trenggono, penguasa terakhir Demak. Selain itu ada juga makam Waliullah Mbah Abdul Jalil, yang disebut sebagai nama lain Syekh Siti Jenar.




9. Masjid Al-Hilal Katanga (1603)


Masjid ini dibangun pada tahun 1603 masehi pada masa pemerintahan Taja Gowa-24, Aku Manga'ragi Daeng-Manrabbiakaraeng Lakiung, Sultan Alauddin. Kemudian pada tahun 1605 m, masjid ini benar-benar dirubah untuk diberi nama Masjid Katangka. Masjid berukuran 14,1 x struktur 14,4 meter dan sebuah bangunan tambahan 4,1 x 14,4 meter. Tinggi bangunan 11,9 meter dan 90 meter dinding tebel, bahan baku dari batu bata dengan atap ubin dan lantai porselen. Lokasi di Katangka, Gowa.




10. Masjid Tua Palopo (1604)


Madjid Tua Palopo, didirikan oleh Raja Luwu bernama Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 m, masjid yang memiliki luas 15 m2 ini diberi nama Orang Tua, karena usia yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa bugis dan luwu memiliki dua arti, yaitu: Pertama, penganan yang terbuat dari campuran beras ketan dan air gula. Kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna memiliki hubungan dengan proses pembangunan Masjid tua Palopo ini.

Sumber: kaskus.us

Read more...

Ilmuwan Pecahkan Misteri Gerakan Sperma

Imuwan Inggris berhasil membongkar satu misteri terlama di dunia soal kesuburan manusia. Pertanyaannya adalah mengapa sel sperma berperilaku seperti rudal kecil yang sibuk?.


Seperti dikutip dari ABC News, ilmuwan sejak 40 tahun lalu telah mengetahui bahwa sel sperma dalam satu tetes cairan akan cenderung berkumpul pada jarak tertentu dari permukaan saat cairan ini bertemu dengan obyek padat.


Saat ini, ahli matematika asal Inggris, Dr David Smith dan Professor John Blake dari University of Birmingham, berhasil menemukan jawabannya. Penelitian ini dipublikasikan di situs arXiv.org dan jurnal The Mathematical Scientist.


Ilmuwan mengatakan ada beberapa faktor yang saling terkait untuk mengakumulasi kondisi sperma di dekat permukaan. Salah satu faktornya adalah gaya dinamis dari cairan ini telah memaksa sel sperma menuju permukaan.


Fakor lain adalah adanya gerakan meronta-ronta dari ekor sperma (flagela) yang menyebabkan gerakan seperti berenang. Ini adalah tindakan yang dilakukan sperma untuk menuju permukaan.


Ketika para peneliti melakukan simulasi efek kekuatan sperma dalam jangka waktu yang panjang, mereka menemukan bahwa lintasan renang sperma akan cenderung berada di jarak tertentu.


“Kami memahami bahwa masalah dengan pergerakan sperma merupakan faktor utama yang berkaitan dengan kualitas sperma yang buruk serta jumlah sperma yang terbatas,” ujar ahli kesuburan asal Australia, Profesor Rob McLachlan.


Mr McLachlan mengatakan, meski temuan baru tidak mungkin berdampak langsung pada bagaimana infertilitas diperlakukan, pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sperma bergerak mungkin bermanfaat dalam jangka panjang.


“Memahami proses motilitas sperma normal akan membantu kita mengurai masalah motilitas pada pria tidak subur dan dampaknya pada praktek klinis di masa mendatang,” katanya.


McLachlan mengatakan penemuan ini memang tidak langsung memberikan dampak mengenai pengobatan menyangkut kesuburan namun pemahaman mengenai bagaimana pergerakan sperma dapat memberikan keuntungan jangka panjang.


Sumber : inilah.com

Read more...

Ini Dia Pria Terpendek di Dunia saat ini

Rekor pria terpendek di dunia kemungkinan akan diberikan pada Huang Kaiquan, asal Sanjiang, Cina. Pria 40 tahun ini tingginya hanya 76 cm, alias 1,4 cm lebih tinggi dari pemegang rekor pria terpendek versi Guiness World of Records sebelumnya, He Pingping.


Huang, bekas pesulap dan merupakan perokok berat, tinggi dan berat badannya setara dengan anak usia 3 tahun. Di desanya, dia dikenal dengan nama panggilan Kakak Pendek.


Menurut Cheng, ibunya, Huang menunjukkan pertumbuhan yang lamban sejak sebulan setelah dilahirkan. Saat usianya tiga tahun, ia baru bisa mengenakan pakaian anak usia 1 tahun. "Sejak saat itu saya merasa dia akan kerdil selamanya," kata ibunya.


Pria terpendek di dunia yang dicatat dalam rekor Guiness World of Records adalah He Pingping dengan tinggi hanya 74 cm. Ia meninggal pada usia 21 tahun karena tampaknya komplikasi penyakit jantung, buku Guinness World Records mengumumkan.


He, yang menderita bentuk kekerdilan primordial dan diakui sebagai pemegang rekor dunia pada 2008, meninggal di Roma, tempat ia mengambil bagian dalam pertunjukan TV. "Untuk seorang pria kecil seperti itu, ia telah membuat pengaruh sangat besar di sekeliling dunia," Craig Glenday, redaktur pelaksana Guinness World Records yang bermarkas di Inggris, mengatakan dalam sebuah pernyataan.


Ia lahir di wilayah Inner Mongolia di bagian utara China pada 1988. Menurut BBC, ia dibawa ke rumah sakit dua pekan lalu setelah menderita keluhan di dada.


Read more...

Misteri Kerusakan Fuel Pump Terungkap


Gambar

Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) memastikan proses pengujian laboratorium oleh Lemigas terhadap beberapa sampel BBM di SPBU dan tanki BBM di beberapa taksi akan keluar hasilnya pada awal Agustus 2010.


"Untuk mengetahui uraian itu kita butuh satu minggu di Lemigas. Lemigas menjanjikan satu minggu," kata Kepala BP Migas Tubagus Haryono di sela-sela uji petik di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Jumat (30/7/2010).


Tubagus menjelaskan sampai saat ini pihaknya belum bisa menyimpulkan apa-apa dari fenomena kerusakan fuel pump secara massal khususnya dialami oleh armada taksi.


Namun pihaknya bertugas memastikan apakah BBM (premium) yang didistribusikan sesuai dengan ketentuan pemerintah minimal oktan number (ron) 88 dan memastikan apakah ada kontaminasi atau tidak terhadap BBM Pertamina.


"Kalau terbukti (tak sesuai) maka tidak sesuia dengan PSO yang ditugasi. Kalau menyalahi tentu ada taksi," katanya.


Sayangnya Tubagus tidak merinci sanksi apa yang bisa diberikan oleh pemerintah jika oktan atau ron yang didistrubusikan oleh Pertamina dibawah ketentuan. Namun ia akan melakukan pembicaraan dengan dirjen migas kementerian ESDM jika hal ini terbukti.


"Setelah seminggu hasilnya bisa diketahui, kita akan koordinasi dengan Ditjen Migas, membahas dengan Pertamina, kita undang ATPM, dan pengelola taksi dan juga kepolisian," jelasnya.


Hasil uji petik hari ini di lokasi taksi Putra Tanjung Barat Jakarta Selatan justru temuan batas oktan masih diatas batas minimal. Tercatat RONya mencapai 90,3 dari sampel yang diambil dari beberapa taksi putra. Hal yang sama pun terjadi si lokasi Taksi Gamya kemarin ron terburuk masih 88,1.


"Jadi RON-nya masih on spek, fakta di lapangan. Jadi masyarakat tak perlu khawatir," jelasnya.


Sementara itu Syifa warga Pasar Rebo pengendara mobil Jazz tahun 2010 yang ditemui detikFinance di SPBU 34-12505 Pertamina mengaku masih menggunakan premium dan tak terjadi apa-apa dengan mobilnya meski produk keluaran baru.


"Selama ini nggak ada apa-apa pakai premium, tapi memang tarikan kurang, dan seher berkerak," katanya.


Sama halnya dengan Winata, warga Jaksel ini masih menggunakan Premium untuk mobil Atoz-nya, namun hingga kini belum terjadi apa-apa dengan fuel pumpnya.


"Montir saya bilang, supaya rajin mengganti filter," jelasnya.


Sumber : detik.com

Read more...

Facebook Fans

Terimakasih Sudah Menjadi Fans

CHAT

Direktori Blog

BloggingGratis Top 1,000,000 Sites : Blog With Dofollow TopOfBlogs Hyperlocal Blogs - BlogCatalog Blog Directory Wordpress Topsites Entertainment blogs 100 Blog Indonesia Terbaik Add to favourite links Literature Science Blogs TOP.ORG - Topsites PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia Entertainment Blogs - Blog Rankings free blog directory Hihera.com Blog Directory & Search engine Top Blogs online counter Powered by  MyPagerank.Net

Follow S.T.R.O.V

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP